Kepemimpinan
Kepemimpi
merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup
kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk
"memimpin" atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi.
Literatur para spesialis saling beradu pandangan, membandingkan antara
pendekatan Timur dan Barat dalam kepemimpinan, dan juga (di Barat sendiri)
antara pendekatan Amerika Serikat dengan Eropa. Civitas akademika di A.S.
mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang di dalamnya
seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan selainnya dalam usaha mencapai
suatu tugas bersama.
Peranan
kepemimpinan
Tiap organisasi yang
memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia yang
utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan
pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan
itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan
itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu
dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai
syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi
seseorang. Maka diadakanlah suatu analisis tentan gunsur-unsur dan fungsi yang
dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin
dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru
ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang
dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang
harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin
sebagai orang yang membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung jawab untuk
kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa
pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi
kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih
seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu:
·
Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
·
Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
·
Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
·
Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan
kelompok.
·
Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman.
Kepemimpinan
yang efektif
Barangkali pandangan
pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah menyebabkan
munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang
harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang
harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu
tidaknya pendelegasian (kadang-kadang),
perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin),
pemimpin-pemimpin rahasia Amerika
(wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana
meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik
(temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan
(jangan tanya). Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung
kata pemimpin (leader). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku.
Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa
kalimat: "fondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar
misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan
nyata. Salah satu guru kepemimpinan adalah John Maxwell dengan bukunya
"21 Laws Of Leadership."
Kepemimpinan
karismatik
Max Weber, seorang
sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih
dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu
dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya
dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural,
manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan
ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang
bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap
sebagai seorang pemimpin.
Kepemimpinan
TransFormasional
Kepemimpinan merupakan
proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala
sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui
cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara
sederhana kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk
mengubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan
dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta
penghargaan terhadap para bawahan.
Terdapat empat faktor untuk
menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu: idealized
influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual
consideration.
Idealized influence: kepala
sekolah merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru
dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan sekolah.
Inspirational motivation:
kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki
komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah.
Intellectual Stimulation:
kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan
stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik.
Individual consideration:
kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan
stafnya.
Berdasarkan hasil kajian
literatur yang dilakukan, Northouse (2001) menyimpulkan bahwa seseorang yang
dapat menampilkan kepemimpinan transformasional ternyata dapat lebih
menunjukkan sebagai seorang pemimpin yang efektif dengan hasil kerja yang lebih
baik. Oleh karena itu, merupakan hal yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah
dapat menerapkan kepemimpinan transformasional di sekolahnya.
Karena kepemimpinan
transformasional merupakan sebuah rentang yang luas tentang aspek-aspek
kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin transformasional yang
efektif membutuhkan suatu proses dan memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh
dari yang bersangkutan. Northouse (2001) memberikan beberapa tips untuk
menerapkan kepemimpinan transformasional, yakni sebagai berikut:
Berdayakan seluruh bawahan
untuk melakukan hal yang terbaik untuk organisasi
Berusaha menjadi pemimpin
yang bisa diteladani yang didasari nilai yang tinggi
Dengarkan semua pemikiran
bawahan untuk mengembangkan semangat kerja sama
Ciptakan visi yang dapat
diyakini oleh semua orang dalam organisasi
Bertindak sebagai agen
perubahan dalam organisasi dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan
melaksanakan suatu perubahan
Menolong organisasi dengan
cara menolong orang lain untuk berkontribusi terhadap organisasi
Model kepemimpinan
transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model
ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan
transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam
organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin
perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri
pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan
melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan
pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya,
Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan
tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional
harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater
dan Bass (1988) menyatakan bahwa “the dynamic of transformational leadership
involve strong personal identification with the leader, joining in a shared
vision of the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for
compliance”. Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang
karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi
mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan
untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi
kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi daripada apa yang mereka
butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus
mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan
mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan Bass
(1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi
masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang
intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna
(1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi
baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Dalam buku mereka
yang berjudul “Improving Organizational Effectiveness through Transformational
Leadership”, Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan
transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai “the Four
I’s”.
Dimensi yang pertama
disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama
ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya
mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut
sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu
menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan
optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation
(stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan
ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari
pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi
individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai
seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan
bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan
pengembangan karier. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini
termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat
dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan
praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional
merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik
pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996).
Konsep kepemimpinan
transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam
pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga
konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan
konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti
misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip
dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik,
inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang
digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam
konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman
(1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the
new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai
pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos karena
pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang
sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan:
memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi
ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau
kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih
relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang
terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama
ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya
perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan
mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos
mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang
pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan
praktikpraktikorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih
relevan. Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan
nous/noos yang berarti pikiran. Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang
makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi
yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan
yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory).
Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus
menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu
relevan dengan kondisi persaingan baru. Pemimpin transformasional dianggap
sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya
saing dalam dunia yang lebih bersaing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar